Perahu Kita

Perahu Kita
dengan perahu ini aku akan berlayar bersama pangeranku..mengungarungi samudra, menjemput mimpi-mimpi dan menaklukan dunia..

Rabu, 19 Februari 2014


 MENCARI RIDHO ALLOH (AKHLAQ):
:: KESAKSIAN ORANG MATI SURI ::::

" Kisah nyata ini sungguh dapat di jadikan
pelajaran bagi Kita yang masih hidup "
" Cerita ini sungguh membuat kita MERINDING"
kita akan menangis setelah membaca kisah ini,
kita akan di bawa merenung
"Kesaksian Orang Mati Suri"

Ella Az-Zahra Aslina adalah warga pekan baru
yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis
berusia sekitar 25 tahun itu memberikan kesaksian
saat nyawanya dicabut dan apa yang disaksikan
ruhnya saat mati suri. Sebelum Aslina memberi
kesaksian, pamannya Rustam Effendi memberikan
penjelasan pembuka. Aslina berasal dari keluarga
sederhana, ia telah yatim. Sejak kecil cobaan telah
datang pada dirinya. Pada umur tujuh tahun
tubuhnya terbakar api sehingga harus menjalani
dua kali operasi. Menjelang usia SMA ia termakan
racun. Tersebab itu ia menderita selama tiga
tahun. Pada umur 20 tahun ia terkena gondok
(hipertiroid) . Gondok tersebut menyebabkan
beberapa kerusakan pada jantung dan matanya.
Karena penyakit gondok itu maka Jumat, 24
Agustus 2006 Aslina menjalani check-up atas
gondoknya di Rumah Sakit di jakarta. Setelah itu,
Hasil pemeriksaan menyatakan penyakitnya di
ambang batas sehingga belum bisa dioperasi..

”Kalau dioperasi maka akan terjadi pendarahan,’ ‘
jelas Rustam. Oleh karena itu Aslina hanya diberi
obat. Namun kondisinya tetap lemah. Malamnya
Aslina gelisah luar biasa, dan terpaksa pamannya
membawa Aslina kembali ke jakarta sekitar pukul
12 malam itu. Ia dimasukkan ke unit gawat
darurat (UGD), saat itu detak jantungnya dan
napasnya sesak. Lalu ia dibawa ke luar UGD
masuk ke ruang perawatan. ”Aslina seperti orang
ombak (menjelang sakratulmaut). Lalu saya
ajarkan kalimat thoyyibah dan syahadat. Setelah
itu dalam pandangan saya Aslina menghembuskan
nafas terakhir, ” ungkapnya. Usai Rustam
memberi pengantar, lalu Aslina memberikan
kesaksiaanya.
”Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat,
calon penghuni kubur,” begitu ia mengawali
kesaksiaanya setelah meminta seluruh hadirin
yang memenuhi Grand Ball Room Hotel Mutiara
Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan
shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Tak lupa
ia juga menasehati jamaah untuk memantapkan
iman, amal dan ketakwaan sebelum mati datang.
”Saya telah merasakan mati,” ujar anak yatim itu.
Hadirin terpaku mendengar kesaksian itu.
Sungguh, lanjutya, terlalu sakit mati itu.
Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa dicabut itu
seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari daging,
dikoyak. Bahkan lebih sakit lagi. ”Terasa malaikat
mencabut (nyawa) dari kaki kanan saya,”
tambahnya. Di saat itu ia sempat diajarkan oleh
pamannya kalimat thoyibah. ”Saat di ujung napas,
saya berzikir,” ujarnya. ”Sungguh sakitnya, Pak,
Bu,” ulangnya di hadapan lebih dari 300 alumni
ESQ Pekanbaru. Diungkapkan, ketika ruhnya telah
tercabut dari jasad, ia menyaksikan di
sekelilingnya ada dokter, pamannya dan ia juga
melihat jasadnya yang terbujur. Setelah itu datang
dua malaikat serba putih mengucapkan
Assalammualaikum kepada ruh Aslina. ”Malaikat
itu besar, kalau memanggil, jantung rasanya mau
copot, gemetar,” ujar Aslina mencerita
pengalaman matinya. Lalu malaikat itu bertanya:
‘’siapa Tuhanmu, apa agamamu, dimana kiblatmu
dan siapa nama orangtuamu.. “ Ruh Aslina
menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar.
Lalu ia dibawa ke alam barzah. ”Tak ada teman
kecuali amal,” tambah Aslina yang Ahad malam
itu berpakaian serba hijau. Seperti pengakuan
pamannya, Aslina bukan seorang pendakwah, tapi
malam itu ia tampil memberikan kesaksian
bagaikan seorang muballighah. Di alam barzah ia
melihat seseorang ditemani oleh sosok yang
mukanya berkudis,badan berbulu dan
mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itulah
adalah amal buruk dari orang tersebut. Kemudian
Aslina melanjutkan. ”Bapak, Ibu, ingatlah mati,”
sekali lagi ia mengajak hadirin untuk bertaubat
dan beramal sebelum ajal menjemput. Di alam
barzah, ia melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina
dipimpin oleh dua orang malaikat. Saat itu ia ingin
sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia
memanggil malaikat itu dengan ”Ayah”. ”Wahai
ayah bisakah saya bertemu dengan ayah saya,”
tanyanya. Lalu muncullah satu sosok. Ruh Aslina
tak mengenal sosok yang berusia antara 17-20
tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia
65 tahun. Ternyata memang benar, sosok muda
itu adalah ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan
salam ke ayahnya dan berkata: ”Wahai ayah, janji
saya telah sampai.” Mendengar itu ayah saya
saya menangis. Lalu ayahnya berkata kepada
Aslina. ”Pulanglah ke rumah, kasihan adik-
adikmu. ” ruh Aslina pun menjawab. ”Saya tak
bisa pulang, karena janji telah sampai”. Usai
menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan
kembali kepada hadirin bahwa alam barzah dan
akhirat itu benar-benar ada. ”Alam barzah,
akhirat, surga dan neraka itu betul ada. Akhirat
adalah kekal,” ujarnya bak seorang pendakwah.
Setelah dialog antara ruh Aslina dan ayahnya.
Ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua malaikat
memimpinnya kembali, ia bertemu dengan
perempuan yang beramal shaleh yang mukanya
bercahaya dan wangi. Lalu ruh Aslina dibawa
kursi yang empuk dan didudukkan di kursi
tersebut, disebelahnya terdapat seorang
perempuan yang menutup aurat, wajahnya cantik.
Ruh Aslina bertanya kepada perempuan itu. ”Siapa
kamu?” lalu perempuan itu menjawab.”Akula h
(amal) kamu.” Selanjutnya ia dibawa bersama dua
malaikat dan amalnya berjalan menelurusi lorong
waktu melihat penderitaan manusia yang disiksa.
Di sana ia melihat seorang laki-laki yang memikul
besi yang sangat berat, tangannya dirantai ke
bahu, pakaiannya koyak-koyak dan baunya
menjijikkan. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya.
”Siapa manusia ini?” Amal Aslina menjawab orang
tersebut ketika hidupnya suka membunuh orang.
Lalu dilihatnya orang yang yang kulit dan
dagingnya lepas. Ruh Aslina bertanya lagi ke
amalnya tentang orang tersebut. Amalnya
mengatakan bahwa manusia tersebut tidak pernah
shalat. Selanjutnya tampak pula oleh ruh Aslina
manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya.
Ternyata orang itu adalah manusia yang suka
berzina. Tampak juga orang saling bunuh,
manusia itu ketika hidup suka bertengkar dan
mengancam orang lain. Dilihatkan juga pada ruh
Aslina, orang yang ditusuk dengan 80 tusukan,
setiap tusukan terdapat 80 mata pisau yang
tembus ke dadanya, lalu berlumuran darah, orang
tersebut menjerit dan tidak ada yang
menolongnya. Ruh Aslina bertanya pada amalnya.
Dan dijawab orang tersebut adalah orang juga
suka membunuh. Ada pula orang yang
dihempaskan ke tanah lalu dibunuh. Orang
tersebut adalah anak yang durhaka dan tidak mau
memelihara orang tuanya ketika di dunia.
Perjalanan menelusuri lorong waktu terus
berlanjut. Sampailah ruh Aslina di malam yang
gelap, kelam dan sangat pekat sehingga dua
malaikat dan amalnya yang ada disisinya tak
tampak. Tiba-tiba muncul suara orang
mengucap : Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu
Akbar. Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu
di lehernya. Kalungan itu ternyata tasbih yang
memiliki biji 99 butir. Perjalanan berlanjut. Ia
nampak tepak tembaga yang sisi-sisinya
mengeluarkan cahaya, di belakang tepak itu
terdapat gambar kakbah. Di dalam tepak terdapat
batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada
amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab
tepak tersebut adalah husnul khatimah. (Husnul
khatimah secara literlek berarti akhir yang baik.
Yakni keadaan dimana manusia pada akhir
hayatnya dalam keadaan (berbuat) baik,red).
Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan adzan
seperti adzan di Mekkah. Ia pun mengatakan
kepada amalnya.”Saya mau shalat.” Lalu dua
malaikat yang memimpinnya melepaskan tangan
ruh Aslina. ”Saya pun bertayamum, saya shalat
seperti orang-orang di dunia shalat,” ungkap
Aslina. Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk
melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula
kepada ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW.
Dimakam tersebut batangan-batang an emas di
dalam tepak ”husnul khatimah” itu mengeluarkan
cahaya terang. Berikutnya ia melihat cahaya
seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu pun
bicara kepada ruh Aslina. ”Tolong kau sampaikan
kepada umat, untuk bersujud di hadapan Allah.”
Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan miliaran
manusia dari berbagai abad berkumpul di satu
lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina hanya
berjarak sekitar lima meter dari kumpulan manusia
itu. Kumpulan manusia itu berkata. ”Cepatlah
kiamat, aku tak tahan lagi di sini Ya Allah.”
Manusia-manusia itu juga memohon.”Tolong
kembalikan aku ke dunia, aku mau beramal.”
Begitulah di antara cerita Aslina terhadap apa
yang dilihat ruhnya saat ia mati suri. Dalam
kesaksiaannya ia senantiasa mengajak hadirin
yang datang pada pertemuan alumni ESQ itu
untuk bertaubat dan beramal shaleh serta tidak
melanggar aturan Allah. ”Apa yang disampaikan
Aslina, mungkin bukti yang ditunjukkan Allah
kepada kita semua, ” ujarnya.
Menanggapi kesaksian Aslina yang melihat orang-
orang berteriak ingin dikembalikan ke dunia dan
ingin beramal serta penelitian Raymond yang
menyebutkan ”aku ingin agar aku dapat kembali
dan membatalkan semuanya,” Legisan mengutip
ayat Al-Quran Surat Al-Mu’muninun (23) ayat
99-100: Hingga apabila datang kematian kepada
seseorang dari mereka, dia berkata:”Ya, Tuhanku
kembalikanlah aku (ke dunia).”(99) . Agar aku
berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku
tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu
adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di
hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka
dibangkitkan. (100). Sebagai penguat dalil agar
manusia bertaubat, dikutipkan juga Quran Surat
Az-Zumar ayat 39: ”Dan kembalilah kamu kepada
Tuhan-Mu, dan berserah dirilah kepada-Nya
sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu
tidak dapat ditolong (lagi).” Setelah berpidato,
aslina mendapatkan tepukan meriah dari penonton
tapi bila di facebook, ia dapatkanjempol sekarang.
Semoga pembaca dapat mengambil pelajaran dari
kesaksiaan tersebut.
untuk member : Bagikan cerita ini kepada semua
orang, agar mereka mendapat hikmahnya dari
cerita ini. Dan Ternyata hidup ini hanya
sementara, serta hanya amal juga hati yang
bersihlah yang mampu menuntun kita menuju
jalan kehadapan Illahi...
Jika kisah nyata ini dapat membuat kita lebih
sadar dan merenung jangan lupa bantu SHARE /
bagikan ya ke dinding kita agar teman-teman dan
saudara kita tahu...

Semoga Bermanfaat..

Selasa, 18 Februari 2014



Dear Pangeranku,

Apa kabar sayang?
Bukan tak ada lagi kata yang mampu aku rangkai, entah semua kata menjadi mati karena tak mampu mendefinisikan rasa yang sudah tak terbendung, seandainya pun harus kubuat puisi untukmu hanya aku rangkai dengan kata rindu, rindu, rindu, rindu dan rindu yang terus merindu, setiap baris, setiap bait dan setiap hela berisi rindu. Biarkan rasa rindu ini selalu hidup di dasar hati, menanti hingga waktu yang menegurnya..


Aku rindu kamu
aku rindu kamuaku rindu kamu
aku rindu..rindu kamu..
aku rindu kamu,
aku rindu kamu,
aku merindukanmu
sangat sangat merindukanmu..

A
K
U

R
I
N
D
U

K
A
M
U





Selasa, 04 Februari 2014






Dear Neptunus,.
Dari dulu aku percaya hujan dapat sembuhkan luka yang tak tersembuhkan, menyamarkan airmata yang tak tertahankan, memaafkan kesalahan yang tak termaafkan, bahkan menghapuskan dosa yang tak terhapuskan..
Bukankah setelah hujan akan ada pelangi?
Disanalah hujan mengabadikan pesan nya, bahwa setiap duka pasti terbayarkan oleh bahagia..
Apakah engkau lupa?
Tak akan ada pelangi jika tak ada cahaya matahari..

Aku belajar kepada hujan, tentang rasa, tentang ketulusan..
Aku belajar kepada hujan, tentang kedamaian, dan penerimaan..
Aku belajar kepada hujan, tentang cinta dan kesetiaan..
Hujan memberiku makna dan keindahan..